Makin Marak, Penyalahgunaan 'Flyover' untuk Pacaran - Gilole

Latest

Berbagi Informasi Asik dan Sehat

BANNER 728X90

Rabu, 28 Agustus 2013

Makin Marak, Penyalahgunaan 'Flyover' untuk Pacaran


Disfungsi sarana dan prasana umum atau fasilitas publik adalah hal yang lumrah dan sesuatu yang wajar sering kita jumpai di manapun. Di Indonesia fasilitas publik yang anggarannya diambil dari pajak masyarakat ini banyak beralih fungsi sebagai tempat atau sarana yang jauh dari fungsi utamannya. Seolah-olah kita adalah masyarakat yang super kreatif yang dengan cepat dapat mengkreasikan sesuatu di luar batas seharusnya fasilitas publik tersebut difungsikan. Atau lebih parahnya banyak fasilitas yang terbengkalai dan menjadi tempat yang sangat jauh dari pemanfataan seharunnya.

Contoh-contoh umum dan wajar misalnya Halte Bus atau Trotoar yang sekarang sering dijadikan sebagai tempat berjualan yang tentu saja mengganggu fungsionalisme berlalu lintas. Belakangan ini entah saya baru menyadari atau tidak (atau mungkin kawan-kawan sudah menyadari terlebih dahulu) bahwa banyak jembatan (fly over) yang dibangun seharunya sebagai alternatif mengurai kemacetan di kota namun berubah fungsinya oleh para muda-mudi perkotaan. Seolah menjadi padangan umum bahwa hampir setiap hari ketika sang fajar mulai berganti dengan sang rembulan maka fungsi fly over mendapatkan tugas tambahan sebagai saksi biksu gairah muda para kaum adam dan hawa.

Di Jakarta sendiri fenomena tersebut menjadi pemandangan yang lazim kita jumpai. Beberapa fly over sering dijadikan tempat pacaran para muda-mudi perkotaan. Sebut saja beberapa fly over seperti fly over Buaran, fly over Cijantung, dan beberapa fly over lainnya di Jakarta. Sehingga dari hasil kearifan lokal tersebut muncul istilah jembatan cinta/fly over cinta. Ya… fly over cinta.


Fenomena ini biasanya sangat mudah atau sangat gampang untuk dicirikan. Umumnya para muda-mudi akan muncul ketika waktu sudah menunjukan waktu malam (ba’da Isya ke atas). Makin malam tentu saja kuantitas mereka akan semakin bertambah seiring waktu malam yang terus berjalan. Secara statistik hari, maka hari Sabtu (malam minggu) menjadi hari yang menyumbang paling banyak jumlah para pasangan di fly over cinta. Jika diperhatikan dengan sesakma maka lazimnya para muda-mudi akan memarkirkan kendaraan motornya di pinggir fly over. Dengan santai mereka duduk berdua di atas motor mereka yang sebelumnya sudah dibuat berdiri memakai standar dua. Sehingga mereka akan dengan mudah dan nyaman duduk berdua diatas motor mereka.


Uniknya, hal tersebut seperti aktiftas berpola yang runtut. Dimana mulai dari naik hingga turun dari fly over para muda-mudi berurutan membentuk suatu deret tersendiri. Diantara mereka seolah sudah paham akan wilayah terirorial masing-masing, sehingga dari satu pasang ke pasangan lainnya ada jarak 3-4 meter untuk setiap pasangan. Sehingga tiap-tiap dari mereka sudah mempunyai kepemilikan pribadi masing-masing, sehingga tidak boleh saling mengganggu atas urusan masing-masing pasangan. Untuk urusan aktifitas lebih mendalam bukan menjadi domain saya untuk mendeskripsikan, tapi umumnya yang terjadi adalah aktifitas ngobrol biasa (chit-chat), makan buah, minum minuman ringan, melihat suasana malam ibu kota, dan menikmati udara malam ibu kota, selebihnya hanya Tuhan dan mereka yang tahu.


Fenomena itu seperti sudah menjamur di Jakarta. Menurut Sosiolog perkotaan, Anggoro Yudo Mahendro dari hasil diskusi dengan saya mengatakan; bahwa ini fenomena yang menjangkiti para pemuda ini, umumnya berasal dari struktur/kelas sosial masyarakat pemuda menengah kebawah. Kelas sosial ini biasanya secara ekonomi belumlah terlalu mapan sehingga demi dapat memberikan yang terbaik untuk pasangannya maka mereka mencari alternatif tempat dan akses pacaran yang mudah. Dalam pandagannya kelas sosial tersebut mencoba untuk bisa saling beraktualisasi menterjemahkan sekaligus mentrasferkan nilai-nilai kasih sayang antar pasangan dalam hal perbuatan/pacaran di tempat-tempat yang santai sekaligus tanpa biaya serta tanpa gangguan.


Biasanya kultur budaya kita sangat ketat mengatur istilah pacaran tersebut. Bahkan bagi beberapa kalangan masih menggangap bahwa hal tersebut belum layak dilakukan oleh para muda-mudi yang belum sah. Sehingga mereka mencari alternatif tempat yang nyaman, mudah, dan murah untuk hal tersebut. Karena memang biasanya sering tidak ada gangguan bagi mereka untuk melakukan hal tersebut, dikarenakan tempat tersebut bukanlah tempat yang menjadi otoritas suatu masyarakat tertentu. Sehingga bukan menjadi tanggungjawab masyarakat sekitar. Gerak akan mencari kebebasan tersebutlah yang menjadi semangat bagi para muda-mudi perkotaan mencari tempat-tempat pacaran alternatif seperti di fly over tersebut. Sehingga terjadilah fenomena fly over cinta.


Bagi calon penerima gelar Master dibidang sosiologi ini, merasa perlu adanya resosialisasi dari regulator akan fungsi sesungguhnya sarana publik itu dibuat. Sehingga jikalau memang fenomena ini disebut sebagai patologi sosial/penyimpangan sosial, maka para regulator dan masyarakat sekitar perlu menjadi agen sosialisasi kepada para pemuda untuk bisa memanfaatkan fasilitas publik sebagai mana
Spoilerfor Pertanyaan??:
Untuk Agan-agan Dimana Tempat Favorite Waktu Pacaran Dulu??


Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/521c3bba1f0bc33f7d000002/makin-marak-penyalahgunaan-flyover-untuk-pacaran/